Lintaskarawang.com – Pada setiap tanggal 23 Maret, dunia memperingati Hari Meteorologi Dunia dengan tujuan meningkatkan pemahaman tentang perubahan iklim dan dampaknya terhadap kehidupan manusia serta lingkungan.
World Meteorological Organization (WMO) menetapkan tema “At The Frontline of Climate Action” untuk peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-74 tahun 2024. Tema ini mengajak semua pihak untuk berada di garis terdepan dalam melakukan aksi untuk mengatasi perubahan iklim.
Perubahan iklim telah menunjukkan tanda-tanda nyata, seperti pencairan gletser dan lapisan es tropis di Puncak Jaya, Papua. Luas tutupan salju abadi di ketinggian 4.884 MDPL itu menyusut hingga 98 persen, dari 19,3 kilometer persegi di tahun 1850 menjadi hanya 0,23 kilometer persegi di April 2022.
Perubahan iklim meliputi berbagai aspek, termasuk peningkatan suhu global, kenaikan permukaan air laut, dan dampaknya terhadap lingkungan dan manusia. Namun, kita dapat berkontribusi dalam menanggulangi perubahan iklim dengan melakukan mitigasi dan adaptasi.
Salah satu dampak serius dari perubahan iklim saat ini adalah krisis air. Menurut WMO, 80% sungai di Asia berada dalam kondisi tidak sehat. Data dari UNICEF dan WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2022, sebanyak 2,2 miliar orang tidak memiliki akses air minum yang aman dan bersih. Untuk mengatasi hal ini, langkah-langkah sederhana seperti mitigasi krisis air dapat membantu menahan laju perubahan iklim. (Dg)