MENENGOK KINERJA KONSERVASI SCF DI SANGGABUANA

banner 468x60

Karawang, Lintaskarawang.com – 18 Februari 2024. Sejak tahun 2020 dunia konservasi Indonesia secara berkala tertuju matanya ke Karawang, terutama ke Pegunungan Sanggabuana. Karawang yang selama ini terkenal sebagai kota industri ternyata mempunyai hutan, gunung, dan dataran tinggi dengan keragaman biodiversitas yang mencengangkan. Secara berkala, temuan-temuan biodiversitas atau keanekaragaman hayati dari Pegunungan Sanggabuana dipublish oleh Sanggabuana Conservation Foundation (SCF).

Temuan pertama yang menghebohkan adalah ditemukannya alap alap capung (), alap alap terkecil di dunia di Pegunungan Sanggabuana. Selanjutnya secara mengejutkan SCF juga merilis foto dan video macan tutul jawa dan macan kumbang (Panthera pardus melas) yang berkeliaran di satu-satunya gunung di Karawang ini. Temuan macan tutul jawa ini bahkan menarik perhatian Dedi Mulyadi yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI dan Dirjen KSDAE Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dedi Mulyadi bahkan ikut 2 kali terjun langsung ke belantara Sanggabuana untuk memasang kamea trap bersama Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) yang dibentuk oleh SCF.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Tidak hanya Dedi Mulyadi saja – yang kebetulan di DPR RI memang membidangi lingkungan hidup – yang penasaran dengan biodiversitas Sanggabuana. Artis dan presenter kondang tanah air, Irfan Hakim pun bahkan juga ikut menelusuri hutan Sanggabuana untuk melihat langsung keanekaragaman hayati di Sanggabuana. Setelahnya, banyak kampus-kampus di Pulau Jawa yang mempunyai prodi Biologi yang datang ke Sanggabuana untuk ikut melakukan pendataan dan penelitian di Sanggabuana.

Menengok akun instagram SCF @gunungsanggabuana, Lintas Karawang berhasil menelusuri kinerja SCF di bidang konservasi di Pegunungan Sanggabuana sejak tahun 2020. Target utama SCF tentu saja adalah perubahan fungsi hutan kawasan Pegunungan Sanggabuana menjadi kawasan konservasi berupa Taman Nasional. Berikut ini adalah laporan SCF di bidang konservasi di Pegunungan Sanggabuana.

1. Area kerja SCF di Pegunungan Sanggabuana seluas 16.500 hektar yang merupakan hutan Pegunungan Sanggabuana yang dikelola oleh Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat – Banten dibawah pengelolaan KPH Bogor, KPH Cianjur dan KPH Purwakarta dan berada di 4 Kabupaten, yaitu Karawang, Purwakarta, Bogor, dan Cianjur.

2. 337 jenis satwa liar berhasil teridentifikasi di wilayah Pegunungan Sanggabuana. Namun per Januari 2024 bertambah menjadi 339 jenis satwa yang sudah teridentifikasi. Selain satwa liar juga sudah terdata 176 jenis tumbuhan di Sanggabuana.

3. 339 titik mata air rupanya tersebar di kawasan Pegunungan Sanggabuana. Dengan rincian 148 mata air ada di hutan Sanggabuana yang berada di wilayah Karawang, 92 mata air ada di wilayah Purwakarta, 25 mata air ada di wilayah Cianjur, dan 74 mata air ada di wilayah Bogor.

4. Yang mengejutkan serapan atau cadangan karbon di wilayah Pegunungan Sanggabuana adalah 7.075.551 ton. Yang terdiri dari Above ground woody carbon sebanyak 1.621.352 ton, Below Ground woody carbon sebanyak 378.539 ton, dan Soil Organic carbon sebanyak 5.075.620 ton.

5. SCF dalam laporannya juga melaporkan sudah ikut membantu proses penyelidikan dan penyidikan kasus perdagangan satwa liar di wilayah Bogor. Pengungkapan kasus perdagangan satwa dilindungi ini sudah diproses hukum, dan pelaku sudah dihukum 2 tahun dan denda RP 100 juta rupiah.

6. Dalam tahun 2023 SCF berhasil melakukan penyelamatan satwa liar dilindungi sebanyak 36 ekor dari berbagai jenis satwa. Dari foto-foto laporannya, satwa tersebut diserahkan ke BKSDA DKI dan BKSDA Jawa Barat untuk direhabilitasi. Tampak juga penyelamatan satwa jenis elang jawa bersama Jenderal Maruli Simanjuntak, M.Si yang waktu itu menjabat sebagai Pangkostrad.

7. SCF melaporkan terjadi 5 kasus konflik satwa liar di kawasan Pegunungan Sanggabuana yang menjadi area kerja mereka. Dari 5 kasus ini korban ternak masyarakat sejumlah 26 ekor.

8. SCF lewat para Ranger juga membantu melakukan advokasi masyarakat terutama dalam urusan penolakan dan penghentian tambang ilegal, baik galian ilegal pasir, batu andesit, dan juga galian emas ilegal, serta perburuan satwa liar di Sanggabuana.

9. Sebanyak 7 perguruan tinggi, 4 SMU, 12 Desa, dan 9 kelompok masyarakat sudah ikut diedukasi terkait konservasi oleh SCF. & Perguruan tinggi ini tidak saja belajar di Sanggabuana, tetapi juga ikut membantu SCF untuk melakukan pendataan biodiversitas dan mengedukasi masyarakat. (Redaksi)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *