Karawang, Lintaskarawang.com – Tujuh buah truk Colt Diesel dengan bak kayu berjajar rapi di jalanan dibawah gapura Batu Beulah, masuk jalan aspal berlubang di desa Cipurwasari, Kecamatan Tegalwaru, Karawang. Lebih jauh, di pertigaan di dekat tempat makan dan karaoke “Cobek Goak”, satu buah truk mengantri masuk di pertigaan jalan tanah menuju lereng Gunung Goong. Belasan truk, Minggu 10 Desember 2023 ini mengantri untuk memuat batu.
Tidak jauh dari pertigaan jalan tanah di depan “Cobek Goak” hanya berjarak tidak sampai 500 m, 5 buah truk sedang memuat batu. Sebanyak 7 motor parkir dibawah pohon, dan belasan pekerja memecah batu dan menaikkan ke atas truk. Batu-batu ini diambil secara paksa dari tebing Gunung Goong yang eksotis. Gunung Goong sendiri merupakan gunung batu yang berada di kawasan pengelolaan Perum Perhutani KPH Purwakarta, BKPH Pangkalan. Gunung Goong merupakan salah satu bukit yang berada di kawasan Pegunungan Sanggabuana.
Selain Gunung Goong, gunung-gunung lain di Sanggabuana banyak yang mempunyai nasib serupa dengan Gunung Goong. Gunung Sinalanggeng malahan sudah hilang separohnya ditambang oleh PT Atlasindo. Gunung Cipaga yang berada tidak jauh dari Gunung Goong pun juga bernasib sama, beberapa areanya sudah rusak digali diambil material batunya. Gunung Jurig di Cikutamahi juga ditambang oleh PT Tarabatuh dengan conveyor berkelok-kelok sepanjang lebih dari 5 kilometer ke CIbatutiga, Cariu di Bogor.
Berbeda dengan beberapa galian yang mempunyai izin, di Gunung Goong galian dikerjakan oleh masyarakat dengan beberapa ormas dan kelompok masyarakat lain. Para penggali ini disinyalir diberi modal oleh tokoh masyarakat yang sedang manjadi Caleg dan sebelumnya juga menambang di salah satu gunung di kawasan Pegunungan Sanggabuana. Galian tanpa izin di Gunung Goong ini sudah berjalan lama dan sampai hari ini beberapa truk masih mengantri untuk memuat batu.
Eka Marhadi Koordinator Mitra Ranger Sanggabuana Wildlife Ranger Wilayah Tegalwaru menyayangkan dengan kegiatan galian liar di Gunung Goong dan beberapa gunung di sekitaran Pegunungan Sanggabuana ini. Menurutnya praktik galian liar ini sudah berlangsung lama, dan sempat diberhentikan oleh Polhut Perum Perhutani, dan masyarakat diarahkan untuk mengelola Gunung Goong sebagai Obyek Wisata Alam. “Tapi oknum masyarakat yang bandel dan pengen duit cepat tetap saja nekat menambang batu. Tentu dengan alasan ekonomi, apalagi dibackup oleh oknum pengusaha dan tokoh masyarakat serta ormas.” Timpal Eka.
Eka Marhadi juga menyanyangkan sampai sekarang aparat pemerintah belum melakukan tindakan hukum maupun edukasi ke para penambang liar di Gunung Goong, baik dari Satpol PP, Polsek Tegalwaru, maupun dari Polhut Perum Perhutani. “Padahal jelas-jelas gunung Goong yang ditambang adalah lahan milik Pemerintah yang dikelola oleh Perum Perhutani.” Tutup Eka Marhadi.
Abiburohman dari Komunitas Baraya Sanggabuana, komunitas yang aktif dalam kegiatan pelestarian hutan di kawasan Pegunungan Sanggabuana juga senada dengan Eka Marhadi. Menurut Abiburohman tambang-tambang liar ini jelas-jelas merusak ekosistem Sanggabuana yang sedang berproses menjadi Taman Nasional. “Kami dan teman-teman merehabilitasi hutan Sanggabuana, mengembalikan hutan sebagaimana mestinya sebagai hutan. Supaya mata air tetap mengalir, satwa-satwa liar berkembang biak dengan baik dan masyarakat mendapat manfaat ekonomi. Tidak hanya mendapat air dan oksigen serta terhindar dari bencana saja. Diluar itu, sebaliknya masih banyak oknum yang merusak hutan. Kami jadi bekerjaran dengan mereka, siapa yang lebih cepat, lebih cepat kami merehabilitasi hutan atau lebih cepat mereka merusak alam.” Tutur Abiburohman.
Abiburohman menambahkan, setidaknya jika masyarakat tidak ikut membantu memperbaiki alam Sanggabuana janganlah merusak. “Minimal jika tidak membantu kami memperbaiki alam Sanggabuana, jangan merusak. Jangan sampai kita nanti kedepan meninggalkan bencana buat anak cucu kita. Jangan sampai kita tidak meninggalkan mata air untuk anak cucu kita tapi malah meninggalkan air mata.” Tutup Abiburohman.
(Redaksi)