Karawang, lintaskarawang.com – Proses tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang akan digelar pada 27 November 2024 sudah memasuki tahap pendaftaran menuju penetapan bakal calon menjadi calon resmi. Artinya, hingga saat ini, belum ada yang sah menjadi calon kepala daerah secara legal.
Namun, antusiasme para bakal calon sudah terlihat jelas dalam upaya mereka menarik simpati masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan maraknya foto-foto mereka yang terpampang di berbagai ruang publik.
Tak sedikit dari mereka yang sudah aktif mendekati masyarakat dengan berbagai strategi, meskipun tahapan kampanye belum dimulai. Secara aturan, hal ini masih diperbolehkan.
Salah satu tokoh masyarakat Karawang, Haris Priyatna, penggagas Rumah Sehat yang fokus pada pengobatan penyakit dalam kronis seperti stroke melalui metode non-medis, memberikan pandangannya terkait hal ini. Rumah Sehat yang didirikan Kang Haris telah menjadi tempat kesembuhan bagi banyak tokoh nasional dan selebritis.
Kang Haris, yang berdomisili di Desa Tegalega, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, juga dikenal dekat dengan Dedi Mulyadi (KDM), bakal calon Gubernur Jawa Barat.
“Saya sudah lama mengenal Kang Dedi Mulyadi karena beliau sering membantu masyarakat Jawa Barat yang sakit stroke, terutama mereka yang kurang mampu,” ujar Kang Haris, Sabtu (7/9/2024).
“Karena kedermawanan itulah saya tertarik untuk ikut membantu ikhtiar politiknya. Saya yakin tujuan Pak Dedi bukan hanya untuk meraih kekuasaan, tetapi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
Lebih lanjut, Kang Haris menegaskan bahwa meskipun Dedi Mulyadi saat ini tidak memegang jabatan eksekutif dan bahkan sudah melepaskan posisinya sebagai Anggota DPR RI, ia tetap berbuat banyak untuk masyarakat. “Apalagi nanti jika sudah memiliki kekuasaan sebagai Gubernur dengan kebijakan anggaran yang ada,” ujarnya.
Saat ditanya mengenai video viral yang memperlihatkan KDM dipeluk oleh sejumlah ibu-ibu, Kang Haris menanggapinya dengan tenang. “Black campaign dalam politik praktis itu biasa, namun hal tersebut hanya dilakukan oleh orang-orang yang berpikiran sempit,” katanya.
“Saya yakin kejadian tersebut tidak akan mengurangi kecintaan masyarakat Jawa Barat kepada KDM. Pelukan itu spontan, sebagai bentuk kecintaan kepada sosok Pak Dedi yang dikenal dermawan dan peduli pada masyarakat,” tandasnya.
Menurut Kang Haris, Dedi Mulyadi adalah figur bapak bagi seluruh masyarakat Jawa Barat. “Beliau tidak menjaga imej (jaim), sehingga tidak ada jarak dengan siapapun. Selama saya mengikuti perjalanannya, beliau adalah pribadi yang tidak suka dengan gaya protokoler,” pungkasnya. (Red)