KARAWANG, Lintaskarawang.com – Karya dan perjalanan hidup musisi Kang Cucu mencerminkan dedikasi total terhadap pelestarian budaya lokal. Seniman asal Warung Bambu, Karawang Timur ini memilih jalur sunyi sebagai pelestari budaya setelah meninggalkan dunia musik modern, termasuk Karya Awewe MPD.
Lahir di Karawang pada 12 April 1990, Kang Cucu memulai karier musiknya di jalur indie sejak 2005, dengan mengusung aliran metal dan pop alternatif. Namun pada tahun 2013, ia mengambil langkah drastis dengan beralih sepenuhnya ke musik tradisi Sunda Karawang.
Kekarawangan Membangkitkan Spirit dan Pangeling
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sejak beralih ke musik tradisional, Kang Cucu konsisten menghadirkan karya-karya yang mengangkat isu lingkungan, keadilan sosial, serta dinamika kehidupan masyarakat Karawang. Semua itu dikemas dalam nuansa “kekarawangan” yang kuat, sebagai identitas khas daerah yang ingin ia angkat dan lestarikan.
Tujuan utamanya adalah untuk membangkitkan spirit dan menjadi pangeling (pengingat) akan pentingnya menjaga akar budaya dan kearifan lokal.
Ia menggunakan musik sebagai media edukasi dan kritik sosial. Sejumlah karya yang telah ia hasilkan antara lain:
Ngrangrangan
Napak Jagad Adipati Singaperbangsa
Rajah Kalamangsa
Puredalem
Taruna Kandaga
Tanjung Pakis
Sabar
Karawang
Susahna Di Gawe
Bingung Ku Linglung
Jalan Hideung
Ema
Randa Motekar
Gurat Cimata Cinta dan lainnya.
Apalah Arti Penghargaan Tanpa Karya Nyata
Perjalanan Kang Cucu tidak selalu mudah. Ia menghadapi banyak tantangan, termasuk tekanan mental, teror, dan minimnya apresiasi dari instansi atau dinas terkait. Namun, ia tetap teguh pada prinsipnya.
Apalah arti sebuah penghargaan tanpa karya yang nyata
Filosofi tersebut menjadi pegangan hidupnya, menandakan bahwa dampak nyata jauh lebih penting ketimbang penghargaan simbolik.
Impian Budaya Karawang Tak Hilang Ditelan Zaman
Satu-satunya harapan Kang Cucu adalah agar kesenian dan kebudayaan Karawang tetap hidup dan tidak punah. Ia ingin memastikan bahwa lagu-lagu tradisi dapat diwariskan dengan baik kepada generasi mendatang, dan tidak hanya menjadi kenangan.
Dedikasi Kang Cucu membuktikan bahwa melestarikan budaya adalah tugas mulia yang membutuhkan ketulusan, keberanian, dan keteguhan hati jauh lebih penting daripada sekadar mencari pengakuan.
(Ripai)