Karawang, Lintaskarawang.com – Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi PDI Perjuangan, Pipik Taufik Ismail, S.Sos., M.M., menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kabupaten Karawang harus tertib secara administrasi dan hukum dalam pengelolaan limbah mereka.
Hal tersebut disampaikannya usai menghadiri hearing dialog bertajuk *Penanggulangan Limbah B3 di Kabupaten Karawang* yang digelar Komisi IV DPRD Jawa Barat di Aula Husni Hamid, Komplek Pemkab Karawang, Jumat (29/8/2025).
Kita melakukan sosialisasi penanggulangan limbah B3 karena ini memang menjadi tugas dari Komisi IV DPRD Jabar,” ujar legislator yang akrab disapa Kang Pipik itu.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam forum tersebut, DPRD Jabar menghadirkan berbagai pihak terkait, di antaranya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat, Kementerian Lingkungan Hidup, DLH Kabupaten Karawang, serta perwakilan dari perusahaan dan rumah sakit di wilayah Karawang.
Menurut Kang Pipik, forum ini lebih efektif daripada melakukan inspeksi langsung ke tiap perusahaan. “Kita undang semua, kita beri edukasi, sekaligus menghadirkan langsung pihak kementerian agar lebih jelas dan komprehensif,” tegasnya.
Kang Pipik juga menyoroti persoalan pencemaran lingkungan di aliran Sungai Cilamaya, khususnya di Desa Barugbug, Kecamatan Jatisari. Warga setempat mengeluhkan kondisi air sungai yang menghitam dan berbau menyengat, diduga kuat berasal dari limbah industri.
DLH provinsi dan kabupaten sudah turun ke lokasi, begitu juga kami dari Komisi IV. Kami sudah mendengar langsung keluhan warga dan berharap persoalan pencemaran di Sungai Cilamaya bisa diselesaikan tahun ini,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, lanjut Kang Pipik, perusahaan-perusahaan di Kabupaten Karawang menghasilkan sekitar 1,2 juta ton limbah B3 setiap tahunnya. Karena itu, DPRD Jabar mengundang lebih dari 170 perusahaan serta rumah sakit dalam upaya penanggulangan bersama.
Kita ingin semua pihak ikut bertanggung jawab. Jangan sampai pencemaran lingkungan terus terjadi tanpa solusi nyata,” pungkasnya.
(Ripai)