Bahayanya Playing Victim dalam Dunia Politik

Wahab kiri Mr Kim kanan
Wahab kiri Mr Kim kanan

Karawang, Lintaskarawang.com – Rabu 3 Juli 2024. Gejolak politik mulai terasa, meskipun pilkada masih beberapa bulan lagi. Sejumlah strategi mulai disusun oleh partai politik maupun bakal calon yang akan mengikuti kontestasi politik. Banyak cara yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan politik, salah satunya adalah strategi playing victim.

Secara umum, playing victim adalah sebuah perilaku seseorang yang sering melemparkan kesalahan pada orang lain. Pelemparan kesalahan ini biasanya dilakukan untuk menutupi kekurangan bahkan kesalahan yang berasal dari diri sendiri. Pelaku playing victim biasanya akan menempatkan diri sebagai korban, sedangkan orang lain yang ia tunjuk adalah mutlak sebagai pelaku.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Playing victim biasanya dilakukan tidak secara objektif. Orang tersebut akan menyebutkan kebenaran versinya sendiri untuk menuding bahwa orang yang dituding sangat bersalah. Mereka akan berusaha sekuat tenaga merebut simpati orang-orang di sekitarnya dengan cara memelas atau membuat seolah-olah dirinya berada pada kondisi buruk.

Untuk melancarkan upaya playing victim, orang tersebut akan memanipulasi berbagai hal mulai dari perasaannya sendiri, perilaku, dan lain-lain. Pelaku akan membuat targetnya semakin merasa bersalah dengan kondisi yang menimpa dirinya. Bahkan, jika perlu, mereka akan melebih-lebihkan banyak hal demi melancarkan upaya mereka.

Perilaku ini tentu tidak dibenarkan secara moral, namun masih ada orang yang mencari pembenaran atas perilaku ini. Perilaku playing victim sengaja digunakan untuk menunjukkan citra ke publik sebagai pihak yang menjadi korban atas sistem yang seolah sengaja dibentuk untuk menjatuhkan lawan politik.

Menurut Mr Kim dan Wahab pemerhati politik yang kerap muncul di media sosial dengan kritikan tajam namun kocak,”Strategi playing victim memang dapat menarik simpati publik dalam jangka pendek. Namun, jika masyarakat menyadari manipulasi ini, efek jangka panjangnya bisa sangat merugikan bagi pelaku itu sendiri. Kredibilitas dan integritas mereka akan dipertanyakan.”

Bukan hanya dari sisi moral, dampak playing victim juga bisa memicu ketidakstabilan politik. “Ketika satu pihak terus-menerus memainkan peran sebagai korban, bisa terjadi polarisasi di masyarakat. Ini dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa,” tambah mereka.

Selain itu, mereka juga menekankan pentingnya pendidikan politik yang baik untuk masyarakat. “Masyarakat harus diajarkan untuk lebih kritis dan tidak mudah terbawa oleh permainan emosi seperti playing victim. Dengan begitu, kita bisa menciptakan iklim politik yang sehat dan beradab,” tutupnya.

Dengan demikian, meskipun strategi playing victim mungkin tampak efektif untuk sementara waktu, risikonya jauh lebih besar daripada manfaatnya. Masyarakat dan pelaku politik diharapkan dapat lebih bijak dalam berperilaku dan tidak terjebak dalam permainan manipulasi yang merugikan semua pihak. (Ddg)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *